Senin, 14 Januari 2013

Cerpen Wedus (Rica JKT48)


Hantu Jeruk Nipis

      Seperti biasa malam itu Rica pulang dari kampus dengan berjalan kaki melewati jalan yang bersebelahan dengan pemakaman. Pemakaman itu bernama pemakaman Jeruk Nipis. Rica tak merasa takut melewati jalan itu karena setiap malam selalu ada anak-anak muda yang bermain gitar di pos ronda yang berseberangan dengan pemakaman itu.

      “Eh Rica, baru pulang dari kampus?” Tanya salah seorang pemuda.
      “Iya nih, lagi pada ngeronda ya?” Balas Rica.
      “Ya biasalah jomblo. Dari pada ngegalau mulu di rumah mending ngeronda. Soalnya walaupun gue jomblo, tapi gue mau jadi jomblo yang berguna buat nusa dan bangsa.”
      “Berarti itu namanya pahlawan tanpa tanda cinta ya? Hahaha gue pulang duluan ya” Ucap Rica yang beranjak pulang.
      “Iya hati-hati ya.”


*

      Malam selanjutnya, seperti biasa Rica pulang melewati jalan itu lagi. Tapi ada yang berbeda dari biasanya. Rica tidak melihat anak-anak muda yang biasa ada di pos ronda. Mungkin mereka semua sedang ronda keliling komplek.
      Malam itu terasa sunyi. Rica berjalan perlahan menelusuri jalan itu. Angin malam yang berhembus perlahan membuat bulu kuduk Rica merinding. Rica melewati sebuah pohon besar yang ada di sisi jalan dekat pemakaman itu. Tiba-tiba lampu jalan yang ada di atas Rica mati. Rica mendengar suara tangisan dari arah belakang tiang lampu itu. Rica tak bisa melihat siapa yang menangis itu karena belakang tiang lampu itu gelap.
  
      “Nggg…. Nggg…” Suara tangisan itu semakin keras.
      “Tolong…. Tolong….” Lanjut suara itu.

      Seketika wajah Rica pucat dan keringat dingin bercucuran. Tanpa pikir panjang, Rica pun langsung lari sekencang-kencangnya meninggalkan tempat itu.

*

      Pagi harinya saat Rica ingin berangkat ke kampusnya, Rica bertemu Jemmy, temannya yang setiap malam biasa ada di pos ronda.

      “Semalem kok lo sama anak-anank yang lain gak ada di pos ronda?” Tanya Rica.
      “Oh, semalem gue sama anak-anak keliling komplek Ric. Mungkin lo pulangnya kemaleman kali, jadi pos ronda udah sepi deh.” Jawab Jemmy.
      “Tumben lo nanya kaya gitu. Emang kenapa Ric?” Lanjut Jemmy.
      “Semalem gue ngalamin kejadian yang aneh Jem. Jadi gini ceritanya….” Lalu Rica menceritakan kejadian yang dialaminya pada Jemmy.

      Mendengar cerita Rica, Jemmy mengajak anak-anak muda yang setiap malam biasa ada di pos ronda untuk membuktikannya.

*

      Malam itu Rica, Jemmy dan enam orang pemuda berkumpul di pos ronda.

      “Jadi dimana lo denger suara itu Ric?” Tanya seorang pemuda.
      “Itu disana, di dekat pohon besar itu.” Ucap Rica sambil menujuk ke arah pohon besar yang ada di sisi jalan dekat kuburan itu.

      Dengan wajah yang tegang Rica dan yang lainnya berjalan perlahan menuju tempat kejadian itu. Jemmy membawa senter untuk berjaga-jaga kalau lampu jalan mati seperti kejadian yang Rica alami waktu itu. Benar saja, lampu pun mati. Rica dan yang lainnya terkejut tetapi mereka mencoba menenangkan diri. Jemmy menyalakan senter sambil menyorotkannya ke sekeliling tempat itu.
      
      Tiba-tiba suara tangisan itu terdengar.

      “Nggg…. Nggg….” Suara itu semakin lama semakin keras.
       
      Semakin keras suaranya, Rica dan yang lainnya semakin merinding ketakutan. Empat orang pemuda lari meninggalkan tempat itu. Hanya tinggal Rica, Jemmy dan dua orang pemuda yang tersisa di tempat itu.

      “Tolong…. Tolong….” Lanjut suara itu.
      
       Dengan memberikan diri, Rica dan yang lainnya mendekati arah suara itu yang berasal dari belakang tiang lampu. Perlahan mereka mendekati suara itu sambil menyorotkan senter. Dan tiba-tiba….

      “Wuahaaaa…. Setaaaan….“ Teriak mereka.

      Mereka lari meninggalkan tempat itu dengan meninggalkan senter yang terjatuh di dekat tiang lampu.
    
      “Tunggu…. Kalian mau kemana?”  Suara itu memanggil mereka.

      Mereka tidak menghiraukan dan terus lari sekencang-kencangnya. Ada dua sosok di belakang tiang lampu itu, tapi mereka tidak melihat dengan jelas dua sosok itu. Mungkin itu adalah hantu penunggu pemakaman jeruk nipis.

*

      “Hey kalian mau kemana? Ini senter kalian ketinggalan”. Teriak Pak RT.
      “ Di panggil malah lari, emangnya saya setan apa, dasar bocah gemblung” Lanjut Pak RT dengan logat jawanya.
      “Nggg…. Nggg….aduh tolong.” Ucap seorang hansip bernama Tarno.
      “Makanya Pak Tarno kalo udah tua jangan benerin lampu sendirian, kemaren malem jempolnya ke getok palu, sekarang jatuh dari tangga, sini biar saya bantu.” Ucap Pak RT.

      Ternyata suara itu bukan suara setan atau pun dedemit melainkan suara tangisan Pak Tarno yang selalu terkena musibah saat membetulkan lampu jalan di dekat pemakaman jeruk nipis itu.


***


1 komentar: