Selasa, 08 Januari 2013

Cerpen Wedus (Ghaida JKT48)


          
 Kisah Yang Tak Sampai

             Suasana kelas pagi itu sama seperti biasanya. Terlihat seorang anak laki-laki berkaca mata yang beropsesi menjadi Satria Baja Hitam duduk di baris kedua kelas. Sebut saja dia Abbiyu. Abbiyu sedang duduk di kursinya menunggu bel masuk sambil membaca komik Gareng versi Jepang yang dia pinjam dari teman SDnya yang sudah 7 tahun belum dia kembalikan. Tak beberapa lama bel masuk pun berbunyi dan pelajaran pertama adalah bahasa Jepang.

            “Assalamu’alaikum anak-anak, Selamat Pagi.” Ucap guru bahasa Jepang yang biasa di panggil sensei.
            “Anak-anak, kalian kedatangan murid baru, ayo nak silakan masuk.” Lanjut sensei.

            Seorang gadis berambut pendek masuk ke kelas dengan perlahan. Lalu dia memperkenalkan diri di depan kelas.

            “Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama aku Ghaida. Salam kenal.” Ucap gadis itu.
            “Ghaida suka makan permen ya?” Teriak ketua kelas, Harry.
            “Hmm  suka kok, emang kenapa?”
            “Soalnya senyum Ghaida manis kaya permen.” Ucap Harry.
            “Modus woy, modus.” Teriak anak-anak murid.

            Abbiyu hanya diam dan terpana melihat Ghaida. Sampai-sampai tanpa dia sadari ingus keluar dari hidungnya. Bagi Abbiyu, meskipun Ghaida terlihat agak tomboy tetapi tetap saja cantik . Dan sepertinya Abbiyu menyukai Ghaida. Setelah memperkenalkan diri,Ghaida duduk di kursi baris pertama, tepatnya pas di depan tempat duduk Abbiyu.

            Mentari sinari ruang kelas, hawa tepat tuk terbuai lamunan.Melihat Ghaida yang duduk di depannya, membuat rasa senang timbul di dada. Ada rasa yang berbeda dalam hati Abbiyu. Bukan rasa coklat, rasa strawberry ataupun rasa nanas tapi ini adalah rasa cinta.
            Selama pelajaran berlangsung, Abbiyu hanya melihat Ghaida yang ada di depannya, dia mengabaikan pelajaran yang sedang di terangkan oleh sensei. Suasana kelas yang sejuk di tambah semilir angin yang bertiup pelan, membuat Abbiyu ingin sekali memejamkan matanya dan meletakan kepalanya di atas meja. Akhirnya dia pun terlelap.
*

“Nama lo Abbiyu ya?” Tanya Ghaida.
“Iya, kok lo tau sih.”
“Siapa coba yang ga tau cowo keren kaya lo hehe.”

Abbiyu heran dengan ucapan Ghaida itu. Karena selama ini cuma ibu dan neneknya saja yang bilang dia keren.
 
“Rumah lo dimana?” Lanjut Ghaida.
“Rumah gue di Jatijajar.”
“Kebetulan banget, rumah gue juga di Jatijajar.Nanti pulang bareng mau gak?”

            Abbiyu terdiam dengan mulut mengaga dan dia hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda kalau dia setuju dengan ajakan Ghaida. Dia sangat senang sekali dengan hal itu. Padahal Ghaida hanyalah murid baru.

                                                                       
*
             Bel pulang sekolah pun berbunyi. Abbiyu menunggu Ghaida di parkiran sekolah. Di kejauhan terlihat Ghaida yang berjalan perlahan menuju Abbiyu. Angin bertiup perlahan membuat daun-daun berterbangan pelan mengikuti langkah Ghiada seperti yang ada di film-film. Semakin Ghaida mendekat, semakin membuat hati Abbiyu berdetuk kencang bagaikan bedug yang di pukul saat malam takbiran.

            “Hey, jadi pulang bareng kan?” Tanya Ghiada.
            “Hmm… iya jadi” Ucap Abbiyu gugup.
            “Ayo naik.” Lanjut Abbiyu.

            Abbiyu memboncengi Ghaida dengan motor sport miliknya. Tak sepeti hari-hari lainnya, jok belakang yang biasanya cuma duduki oleh debu jalanan (maklum jomblo), kali ini di duduki oleh seorang gadis cantik. Perjalanan yang singkat itu terasa tidak lama. Akhirnya sampailah mereka di depan rumah Ghaida.

            “Makasih ya udah nganterin gue pulang.” Ucap Ghaida sambil berdiri di samping Abbiyu.
            “Iya sama-sama.”
            “Mau mampir dulu ga?” Tanya Ghaida.
            “Ah ga usah deh, dikit lagi magrib, kata ibu gue kalo magrib jangan di luar rumah, ntar di culik kolong wewe.”
            “Hahaha bisa aja lo. Eh iya Abbiyu gue mau ngomong sesuatu sama lo nih.”
            “Hah? Mau ngomong apa?” Tanya Abbiyu.
            “Hmm… gue suka sama lo.”Ucap Ghaida dengan wajah memerah.
            
            Ghaida langsung masuk ke dalam rumahnya sambil tersenyum malu.  Abbiyu tak bisa berkata-kata. Rasanya seperti melayang di udara mengendarai paus, menembus putihnya awan komolonimbus dan menuju rasi bintang sagitarius sampai-sampai tenggorokannya haus.Ah… tak terbayangkan indah rasanya. Abbiyu tercengang dengan mulut mengaga.Tanpa sadar, dia meneteskan air luir dari mulutnya. 

             Dan tiba-tiba ada seseorang menjewer telinganya.

            “Abbiyuuu….”  Ucap sensi sambil menjewer telinga Abbiyu.
            “Pagi-pagi udah tidur aja, cuci muka sana biar ga ngantuk.” Lanjut sensei.
            “Iiihhh Abbiyu mimpi basah.” Ucap Harry.
            “Yang bener Har?” Ucap anak-anak murid.
            “Itu liat aja mejanya basah sama ilernya Abbiyu”.Lanjut Harry.
            “Hahaha” semua anak-anak murid tertawa melihatnya.

            Abbiyu bangun dari kursinya menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Saat ingin membuka pintu, Abbiyu menoleh ke arah Ghaida dan tersenyum. Walaupun hanya mimpi tapi rasanya seperti nyata. Abbiyu berharap kalau Ghaida benar-benar menyukainya, bukan di alam mimpi tapi di alam nyata ini. Sungguh kisah yang tak sampai dari seorang tukang tidur di IS 1.

                                                                        ***

1 komentar: